English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sunday, November 6, 2011

Hikmah Idul Adha

Sahabat Situs Dunia Islam yang di rahmati Allah.
Waktu memang sangat cepat berlalu, tanpa kita sadari terkadang waktu seakan berjalan dengan begitu lambatnya ketika kita menunggu datangnya hari esok, sebagai contoh kecil sewaktu saya masih didik di semester 4 di Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) Suci-Gresik dalam otakku slalu bertanya, kapankah waktu wisuda akan tiba? dengan harapan agar aku cepat terlepas dari jeratan rutinitas kampus yang terkadang bisa membuat BETE. Dalam benakku saat itu aku ingin segera lulus dari kuliyah dan mencari kerja. Namun para sahabat, ternyata waktu wisuda yang sebelumnya selalu aku harapkan datang dan ada di depan mata pada Ahad, 10-10-2010 lalu, aku terhenyak, dan tersadar, ternyata waktu berjalan begitu cepat, bahkan dalam pandanganku bukan berjalan, namun berlari. Rasanya baru kemarin aku datang ke Suci untuk mendaftar, rasanya juga baru kemrin aku berkenalan dengan semua teman-temanku. Dan akhirnya di hari wisuda itu aku akan segera berpisah dan meninggalkan semua temanku, kampus dan pondok tercinta, serta semua guruku. Ternyata sahabat, aku belum merasa siap untuk semua itu. Hehehehehe
Demikian juga dengan saat ini, Kita kembali berjumpa dengan Hari Raya Islam Idul Adha, Hari yang penuh makna,hari dimana Ismail kecil rela mengorbankan lehernya untuk disembelih oleh ayah tercinta, Nabi Ibrohim.
Para sahabat semua,
Idul Adha atau yang lebih dikenal dengan istilah Hari Raya Qurban merupakan salah satu hari raya yang begitu akbar dirayakan oleh seluruh umat Islam baik di bumi Nusantara maupun di belahan dunia lainnya. Dikumandangkannya Takbir, Tahlil dan Tahmid sejak 10 Dzulhijjah sampai 13 Dzulhijjah yang merupakan hari Tasyriq, menandakan, Idul Adha memiliki nuansa dan getaran Tauhidiyah yang sendiri.

Perayaan Idul Adha yang ditandai dengan penyembelihan hewan qurban pada hakikatnya membawa pikiran, hati dan keimanan kita larut kepada satu peristiwa besar yang terjadi puluhan abad yang silam. Kisah yang begitu mengharukan dari seorang hamba Allah yang taat yaitu Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail yang begitu sabar dan patuh pada perintah Sang Khalik, Allah SWT, yang untaian kisahnya begitu indah dilukiskan dalam Al Quran surah Ash-Shafat ayat 102-105 yang artinya 'Maka ketika anak itu sampai pada umur dewasa yakni sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku yang kusayang, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah, bagaimana pendapatmu. 'Dia (Isma'il) menjawab,'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatkanku termasuk orang yang bersabar. 'Maka setelah keduanya bertekad bulat dalam berserah diri (kepada Allah) dan dibaringkan pipi (Isma'il) di atas tanah. Kemudian kami berseru kepadanya, 'Hai Ibrahim, engkau telah benar-benar melaksakan perintahKu dalam mimpi itu. Demikianlah sesungguhnya Kami membalas orang-orang yang berlaku baik. '




Di hari Idul Adha dan pada tiga hari berikutnya disunnahkan bagi muslim yang mampu untuk berkurban dengan menyembelih hewan ternak berupa kambing/domba atau sapi atau unta. Kemudian daging hasil sembelihan tersebut dibagikan kepada orang lain yang tentunya lebih diutamakan untuk masyarakat sekitar dan kalangan yang kurang mampu. Ini adalah bukti bahwa agama Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kebersamaan, kepedulian terhadap sama dan solidaritas sosial. Islam mengajarkan pengikutnya untuk berzakat yang termasuk salah satu rukun Islam, Islam juga mempunyai konsep shadaqoh, wakaf dan juga kurban dimana semua amal ini mempunyai konteks muamalah secara horisontal atau muamalah kepada sesama manusia.

Ditengah kondisi masyarakat kita sekarang ini yang sangat terpengaruh oleh budaya liberal yang menimbulkan hasrat konsumerisme dan hedonisme jika kita mau untuk membuka mata kita, maka kita akan melihat ketimpangan yang ada di masyarakat, kita akan melihat betapa lebar kesenjangan antara kalangan yang mampu dengan yang tidak mampu, dan mungkin sebagian dari kita ada yang melihat dan tahu adanya ketimpangan dan kesenjangan sosial namun bersikap acuh tak peduli terhadap keadaan yang terlihat di depan matanya atau mungkin malah merasa bahwa ini adalah sebuah proses alam perwujudan dari teori evolusi dimana yang kuatlah yang akan berada di puncak tangga rantai evolusi. Kita lupa bahwa hidup dan mati, sehat dan sakit, susah dan senang, harta kekayaan dan kekuasaan semua adalah milik Allah semata.

Kita seringkali beranggapan bahwa apa yang kita raih adalah hasil jerih payah sendiri dan melupakan Dia yang Maha Memiliki lah pemilik hakiki dari apa yang kita miliki sekarang ini. Di bulan ini dengan disunnahkan berkurban bagi kita yang mampu, mari kita manfaatkan keagungan hari raya ini dengan mengingat keimanan, keikhlasan, kesabaran dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk berbagi kepada sesama kita.

Seberapa jauh kita sudah menyelami dalamnya hikmah Idul Adha ini? Bagi yang mempunyai rezeki lebih dan melaksanakan kurban, apakah sudah dipahami makna dibalik menyembelih hewan kurban, atau apakah kurban itu hanya sebatas menyembelih kambing atau sapi lalu dibagikan dan sebagian disate kemudian setelah itu selesai . Bagi yang sudah mampu - secara financial, fisik, mental & moral - untuk melaksanakan ibadah haji apakah sudah disadari bahwa ibadah haji adalah level tertinggi, puncak dari segala ibadah yang karena beratnya ibadah yang satu ini Allah pun mewajibkan ibadah haji hanya bagi yang sudah “mampu” yang seharusnya juga berarti bahwa keimanan, ketaqwaan , keikhlasan, kesabaran dan kepedulian terhadap sesama pun dapat mencapai level tertinggi, atau apakah ibadah haji hanya dianggap sebagi sebuah ritual biasa pergi ke mekkah, belanja oleh-oleh, pulang dengan selamat lalu syukuran besar-besaran sembari membagikan buah tangan dari negeri Arab, seolah menunjukkan inilah hasil saya beribadah haji dan setelah itu tamat, ibadah haji dianggap hanya masa lalu yang penting sekarang sudah bergelar haji, tanpa memikirkan implementasi nyata yang harus dilakukan ditengah masyarakat. Naudzubillah..... semoga kita semua tidak termasuk di dalamnya.

Ternyata banyak diantara kita yang masih mempunyai kekurangan, masih sangat dangkal diri kita dalam memahami makna dari sebuah ibadah yang bagi sebagian besar kita hanyalah menjadi sebatas ritual dan rutinitas belaka, apalagi kalau harus dibandingkan dengan para nabi dan rasul sungguh rasanya terlalu jauh untuk dijangkau oleh kita yang senantiasa bergelimang dosa.

Demikian sahabat Situs Dunia Islam yang dirohamati Allah, semoga postingan ini dapat menambah pemahaman kita tentang khazanah dunia Islam. Salam ukhuwah selalu..

0 comments:

Template by : Dunia Islam Ahmad Efendi